Halodoc, Jakarta - Gangguan pencernaan merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi. Pemicunya beragam, mulai dari kebiasaan makan yang buruk seperti tidak cukup mengunyah makanan, makanan saat larut malam, hingga makan sebelum melakukan aktivitas berat. Lantas, adakah cara yang dapat dilakukan agar pencernaan sehat dan terhindar dari berbagai gangguan?
Saat makan, tubuh melepaskan sekitar 22 jenis enzim pencernaan dari kelenjar saliva, lambung, dan usus kecil. Setiap enzim yang bekerja pada suatu jenis makanan, seperti misalnya protease yang memecah protein, amilase yang membantu mencerna karbohidrat, dan lipase yang memecah lemak.
Dengan memecah jenis-jenis makanan tersebut, enzim-enzim pencernaan membantu tubuh mencerna dan menyerap nutrisi yang dibutuhkan. Pada pria, penuaan dapat menjadi salah satu pemicu gangguan pencernaan. Seiring dengan bertambahnya usia, tubuh mulai menghasilkan enzim pencernaan lebih rendah, sehingga tidak cukup untuk mencerna makanan.
Cegah Gangguan Pencernaan dengan Cara Ini
Agar terhindar dari berbagai gangguan pencernaan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Perbanyak Konsumsi Makanan Berserat
Makanan berserat merupakan salah satu jenis makanan yang sangat baik dikonsumsi untuk menjaga kesehatan pencernaan. Dengan menerapkan pola makan tinggi serat, sebenarnya tidak hanya pencernaan yang akan menjadi sehat. Beberapa risiko penyakit pun dapat dicegah, seperti diabetes, penyakit jantung koroner, wasir, dan kanker kolorektal.
Hindari makanan yang dapat menyebabkan kembung atau gas, termasuk brokoli, kacang panggang, kubis, kembang kol, dan minuman berkarbonasi. Selain itu, sebaiknya juga minum banyak air, karena dapat melumasi makanan di saluran pencernaan, membantu melarutkan mineral, vitamin, dan nutrisi sehingga lebih mudah diserap, dan supaya tinja lebih lunak untuk mencegah sembelit.
Mengunyah merupakan salah satu bagian yang paling penting dari pencernaan, tetapi mungkin justru yang paling terlupakan. Mengunyah tidak hanya membantu memecah makanan, tetapi juga merupakan tanda dari kelenjar ludah, lambung, dan usus kecil untuk mulai melepaskan enzim pencernaan.
3. Jangan Terlalu Sering Menggunakan Antasida
Ketika gejala maag atau naiknya asam lambung muncul, mengonsumsi antasida mungkin merupakan salah satu langkah yang akan segera diambil. Antasida adalah jenis obat yang digunakan untuk menetralkan kadar asam di lambung.
Pada dosis tertentu, obat ini mungkin dapat mengatasi gejala gangguan pencernaan yang dialami. Namun lain ceritanya jika obat ini digunakan terlalu sering. Jika terlalu sering digunakan, antasida dapat menyebabkan perut kehilangan fungsi dan rentan terhadap infeksi bakteri.
Selain membantu mempertahankan gaya hidup sehat, olahraga juga dapat menyehatkan pencernaan, lho. Aktivitas fisik benar-benar dapat membantu mengurangi masalah pencernaan. Sementara stres di sisi lain dapat memiliki efek negatif pada pencernaan. Jadi, sebisa mungkin, rutinlah berolahraga dan hindari stres.
Gangguan pencernaan adalah sekelompok kondisi yang terjadi ketika sistem pencernaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Secara umum, gangguan pencernaan terbagi menjadi dua, yaitu gangguan pencernaan organik dan fungsional.
Gangguan pencernaan organik terjadi ketika ada kelainan struktural pada sistem pencernaan, yang mencegahnya bekerja dengan baik. Sementara gangguan pencernaan fungsional terjadi ketika saluran pencernaan tampak normal secara struktural tetapi masih tidak berfungsi dengan baik.
Adapun beberapa gangguan pencernaan yang umum terjadi sebagai penyebab gangguan pencernaan adalah:
Penyakit refluks gastroesofageal atau gastroesophageal reflux disease (GERD).
Penyebab gangguan pencernaan akan bervariasi, tergantung pada jenis penyakit atau kondisi yang mendasarinya.
Apa Saja Penyakit Gangguan Pencernaan?
Berikut adalah penjelasan mengenai sejumlah penyakit atau kondisi yang dapat menjadi penyebab gangguan pencernaan:
1. Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD)
Penyakit refluks asam lambung (GERD) adalah kondisi ketika asam lambung naik ke esofagus (kerongkongan). Adapun penyebab utama dari kondisi ini adalah melemahnya cincin otot kerongkongan. Cincin otot kerongkongan tersebut berfungsi mencegah makanan kembali ke kerongkongan setelah masuk ke lambung. Hingga
Sampai saat ini para ahli belum mengetahui apa penyebab pasti dari IBS. Namun, para ahli menduga kalau sejumlah faktor berikut tampaknya berperan dalam memicunya:
Kontraksi otot di usus. Dinding usus dilapisi dengan lapisan otot yang berkontraksi saat mereka memindahkan makanan melalui saluran pencernaan. Kontraksi yang lebih kuat dan bertahan lebih lama dari biasanya dapat menyebabkan gas, kembung, dan diare.
Sistem saraf. Masalah dengan saraf pada sistem pencernaan dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Khususnya saat perut meregang karena gas atau feses. Sinyal yang terkoordinasi dengan buruk antara otak dan usus dapat menyebabkan tubuh bereaksi berlebihan terhadap perubahan yang biasanya terjadi dalam proses pencernaan. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit, diare atau sembelit.
Infeksi parah. IBS dapat berkembang setelah serangan diare parah akibat infeksi bakteri atau virus. Kondisi ini memiliki istilah medis gastroenteritis. Selain itu, IBS juga mungkin berkaitan dengan kelebihan bakteri usus (pertumbuhan bakteri yang berlebihan).
Stres. Orang yang terpapar peristiwa stres, terutama saat masa kanak-kanak, cenderung memiliki lebih banyak gejala IBS.
3. Inflammatory Bowel Disease (IBD)
Sampai saat ini para ahli belum mengetahui apa penyebab pasti dari IBD atau penyakit peradangan usus. Tetapi para ahli mengklaim kalau IBD adalah hasil dari sistem kekebalan tubuh yang melemah. Kemungkinan penyebabnya adalah:
Sistem kekebalan yang tidak dapat merespons kuman dengan optimal. Misalnya seperti virus atau bakteri, yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan.
Dapat terpicu pengaruh komponen genetik. Sebagai contoh, seseorang dengan riwayat keluarga IBD lebih mungkin mengembangkan kondisi ini.
4. Batu Empedu
Para ahli berpikiran kalau batu empedu dapat terjadi ketika:
Empedu mengandung kolesterol berlebih. Biasanya, empedu mengandung cukup bahan kimia untuk melarutkan kolesterol yang hati keluarkan. Tetapi jika hati mengeluarkan lebih banyak kolesterol daripada yang dapat empedu larutkan, kelebihan kolesterol dapat terbentuk menjadi kristal dan akhirnya menjadi batu.
Empedu mengandung terlalu banyak bilirubin. Bilirubin adalah bahan kimia yang tubuh produksi saat memecah sel darah merah. Kondisi tertentu dapat menyebabkan hati (liver) membuat terlalu banyak bilirubin. Misalnya seperti sirosis hati, infeksi saluran empedu, dan kelainan darah tertentu. Kelebihan bilirubin berkontribusi pada pembentukan batu empedu.
5. Penyakit Celiac
Penyakit Celiac adalah masalah pencernaan yang melukai usus kecil. Kondisi ini dapat membuat proses penyerapan nutrisi dari makanan pada tubuh terhambat. Seseorang dapat terserang penyakit celiac jika sensitif terhadap gluten.
Gluten adalah sejenis protein yang terkandung dalam gandum, jelai, dan terkadang dalam jumlah kecil dalam oat campuran.
6. Tukak Lambung
Tukak lambung atau peptic ulcer adalah luka terbuka yang terbentuk pada lapisan lambung atau usus 12 jari (ulkus duodenum). Adapun salah satu penyebab dari kondisi ini adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori.
Selain itu, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dalam jangka panjang juga dapat meningkatkan risikonya.
Faktor Risiko Gangguan Pencernaan
Faktor risiko dari kondisi ini akan bervariasi, tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Berikut adalah penjelasannya:
Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan minuman yang mengandung kafein.
Kondisi psikologis, seperti stres atau memendam kemarahan.
Konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat memicu GERD.
2. IBS
Berbagai faktor risiko IBS, antara lain:
Infeksi di saluran pencernaan.
Perubahan kondisi bakteri normal di dalam usus kecil.
Gangguan pada fungsi otak saat mengirim sinyal ke usus.
Makanan yang terlalu cepat atau terlalu lambat dicerna di saluran pencernaan.
Makanan atau minuman tertentu yang sulit untuk dicerna, seperti makanan dengan kadar asam, lemak, gula, atau karbohidrat yang tinggi.
Perubahan kadar hormon atau neurotransmitter dalam tubuh.
Gangguan kesehatan mental, seperti gangguan panik, cemas, depresi, dan stres.
3. IBD
Berbagai faktor risiko IBD, antara lain:
Lingkungan.
Pola makan.
Genetik.
Kebiasaan merokok.
4. Batu Empedu
Berbagai faktor risiko batu empedu, antara lain:
Memiliki kelebihan berat badan atau obesitas.
Sering makan makanan tinggi lemak dan rendah serat.
Memiliki riwayat keluarga dengan batu empedu.
Mengidap diabetes.
Memiliki kelainan darah tertentu, seperti anemia sel sabit atau leukemia.
Memiliki penyakit liver.
5. Penyakit Celiac
Berbagai faktor risiko penyakit Celiac, antara lain:
Riwayat keluarga dengan penyakit Celiac.
Infeksi virus.
Menjalani persalinan dan operasi.
Stres berlebihan.
6. Tukak Lambung
Selain memiliki risiko terkait penggunaan NSAID, seseorang mungkin memiliki peningkatan risiko tukak lambung jika:
Memiliki kebiasaan merokok karena dapat meningkatkan risiko tukak lambung pada orang yang terinfeksi H. pylori.
Konsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang.
Memiliki stres yang tidak terkelola dengan baik.
Terlalu sering mengonsumsi makanan pedas.
Gejala Gangguan Pencernaan
Gejala dari GERD, antara lain:
Rasa tidak nyaman di dada.
Batuk kering.
Rasa asam di mulut.
Radang tenggorokan.
Kesulitan menelan.
Gejala dari IBS, antara lain:
Nyeri atau tidak nyaman pada perut.
Perubahan frekuensi buang air besar.
Perubahan bentuk kotoran.
Gejala dari IBD, antara lain:
Nyeri pada perut.
Diare.
Kelelahan.
Buang air besar tidak tuntas.
Kehilangan nafsu makan.
Penurunan berat badan.
Berkeringat pada malam hari.
Perdarahan pada rektum.
Gejala dari batu empedu, antara lain:
Rasa sakit yang terus-menerus di bawah tulang rusuk, di sisi kanan tubuh.
Penyakit kuning.
Suhu tinggi.
Mual.
Muntah.
Berkeringat.
Gejala dari penyakit Celiac, antara lain:
Diare jangka panjang.
Sembelit.
Tinja yang pucat, lebih bau dari biasanya, dan mengapung.
Sakit perut.
Kembung.
Gas.
Mual.
Muntah.
Diagnosis Gangguan Pencernaan
Dokter akan mendiagnosis jenis gangguan pencernaan pada seseorang dengan melakukan wawancara medis lengkap, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang sesuai.
Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan pada GERD adalah endoskopi dan x-ray. Pada IBS, umumnya dilakukan pemeriksaan intoleransi laktosa, pernapasan, darah, feses, sigmoidoskopi fleksibel, kolonoskopi, x-ray, serta CT scan.
Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan pada IBD, antara lain pemeriksaan darah, endoskopi, kolonoskopi, sigmoidoskopi fleksibel, x-ray, CT scan, dan MRI.
Pemeriksaan penunjang untuk batu empedu adalah USG, CT scan, tes darah, dan pemindaian radionuklida kandung empedu. Sementara untuk penyakit Celiac adalah pemeriksaan serologi dan tes genetik untuk antigen leukosit manusia (HLA-DQ2 dan HLA-DQ8).
Pengobatan Gangguan Pencernaan
Perawatan dan pengobatan untuk gangguan pencernaan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Pengobatan untuk GERD, antara lain:
Antibiotik.
Beberapa jenis obat lainnya sesuai resep dari dokter.
Tindakan operasi.
Pengobatan untuk IBS, antara lain:
Menghindari kafein.
Meminimalisir stres.
Menggunakan obat sesuai dengan anjuran dokter.
Pengobatan untuk IBD, antara lain:
Obat-obatan anti radang.
Supresor sistem imun.
Antibiotik.
Tindakan operasi.
Pengobatan untuk batu empedu, antara lain:
Obat-obatan.
Operasi pengangkatan batu empedu.
Sementara itu, penyakit Celiac bisa ditangani dengan diet ketat bebas gluten seumur hidup sebagai satu-satunya cara pengobatan.
Sistem pencernaan merupakan serangkaian jaringan organ yang memiliki fungsi untuk mencerna makanan.[1] Makanan-makanan tersebut akan diproses secara mekanik ataupun secara kimia. Pencernaan secara mekanik yaitu pencernaan yang terjadi di dalam lambung yang melibatkan gerakan fisik dalam tubuh. Tujuan pencernaan ini adalah untuk mengubah ukuran molekul makanan menjadi bentuk lebih kecil atau halus. Sedangkan pencernaan secara kimia yaitu pencernaan yang melibatkan enzim.[2]
Organ yang termasuk dalam sistem pencernaan terbagi menjadi dua kelompok yaitu: saluran pencernaan dan organ pencernaan tambahan. Sistem pencernaan memiliki fungsi utama mengubah makanan menjadi nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Nutrisi tersebut diperlukan untuk proses perkembangan, perbaikan sel tubuh, termasuk sebagai sumber energi sehari-hari. Ketika proses itu selesai, organ pencernaan kemudian dengan mudah mengemas limbah padat makanan untuk dibuang sebagai feses.[3]
Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinu berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di dalamnya adalah: mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh melalui anus
Organ pencernaan tambahan ini berfungsi untuk membantu saluran pencernaan dalam melakukan kerjanya. Gigi dan lidah terdapat dalam rongga mulut, kantung empedu serta kelenjar pencernaan akan dihubungkan kepada saluran pencernaan melalui sebuah saluran. Kelenjar pencernaan tambahan akan memproduksi sekret yang berkontribusi dalam pemecahan bahan makanan. Gigi, lidah, kantung empedu, beberapa kelenjar pencernaan seperti kelenjar ludah, hati dan pankreas.
Mag merupakan gangguan berupa peradangan pada dinding lambung yang disebabkan oleh produksi asama lambung (HCL) berlebih sehingga mengikis jaringan pada dinding lambung. Mag disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur. Cara mencegah penyakit ini adalah dengan mengatur pola makan yang sehat dan makan secara teratur [4]
Diare
Diare merupakan gangguan yang terjadi akibat terhambatnya proses penyerapan nutrisi yang terjadi pada usus. Kondisi demikian menyebabkan kadar air dalam feses berlebihan. Diare ditandai dengan sering BAB dengan tekstur feses yang encer. Diare disebabkan oleh virus dan bakteri, salah satunya adalah Vibrio cholera.[4][5]
Apendisitis
Radang apendiks atau apendisitis atau usus buntu merupakan peradangan pada bagian apendiks (usus buntu) yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi dan peradangan ini terjadi akibat dari sisa makanan yang masuk ke apendiks, makanan tersebut kemudian membusuk dan sulit untuk dikeluarkan.[4]
Parotitis epidimika
Parotis epidimika atau yang biasa dikenal dengan gondongan merupakan gangguan
yang menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menular. Masa inkubasi parotitis epimidika yaitu 14-24 hari.[4][6]
Caries gigi
Caries gigi atau yang biasa disebut gigi berlubang merupakan kondisi gigi berlubang yang disebabkan oleh bakteri streptococcus. Bakteri tersebut mengubah karbohidrat menjadi asam laktat yang perlahan-lahan mengikis bagian email gigi. Jika lubang tersebut sudah mencapai pulpa gigi maka gigi akan terasa sakit. Cara mencegah gangguan ini adalah dengan rutin menggosok gigi.[4]
Konstipasi
Konstipasi atau yang dikenal juga dengan sembelit merupakan gangguan pada sistem pencernaan yang menyebabkan kesulitan BAB atau feses bertekstur keras dan kering. Konstipasi ditandai dengan frekuensi buang air besar yang kurang dari tiga kali seminggu.